Menavigasi Tantangan Masa Kini: Resiliensi dan Adaptasi Generasi Muda


Sebuah diskusi yang inspiratif antara psikolog Analisa Widyaningrum dan pakar ekonomi Prof. Rhenald Kasali ini membahas tantangan yang dihadapi generasi muda Indonesia di tengah ketidakpastian dan kesulitan ekonomi. Mereka menyoroti pentingnya resiliensi, ketangguhan mental, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat. Generasi muda didorong untuk merangkul peluang dan terus mengembangkan keterampilan diri mereka. Selain pendidikan, sikap yang tepat juga menjadi kunci dalam pengembangan diri generasi muda. Tak hanya itu, orang tua juga diingatkan untuk membimbing anak-anak mereka agar siap menghadapi dunia yang semakin tanpa batas, namun tetap menjunjung nilai-nilai yang baik.

Diskusi ini diawali dengan pembahasan tentang persepsi ketidakpastian ekonomi di Indonesia, yang tercermin dalam tagar yang sedang tren seperti Indonesia Gelap. Prof. Kasali menekankan bahwa meskipun ada tantangan yang dihadapi, masih banyak harapan dan peluang yang bisa dimanfaatkan jika kita mampu melihatnya dengan sudut pandang yang lebih luas.

Ketangguhan mental menjadi salah satu kunci utama dalam menghadapi ketidakpastian. Prof. Kasali menegaskan pentingnya membedakan antara hal-hal yang dapat dikendalikan dan yang tidak. Generasi muda harus lebih fokus pada aspek-aspek di mana mereka bisa berkontribusi dan membawa perubahan, daripada terjebak dalam kekhawatiran yang tidak produktif.

Diskusi ini juga membandingkan etos kerja generasi terdahulu yang dikenal dengan kerja keras dan loyalitas terhadap organisasi, dengan generasi saat ini yang lebih fleksibel namun memiliki keunggulan dalam keterampilan teknologi. Meski memiliki karakteristik yang berbeda, kedua generasi dapat saling belajar dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.

Di era digital dan globalisasi, kesempatan kerja semakin tersebar luas di berbagai wilayah. Oleh karena itu, generasi muda harus memiliki pikiran yang terbuka terhadap berbagai peluang kerja, termasuk kemungkinan untuk memulai dari posisi yang mungkin tidak sesuai dengan ekspektasi awal mereka. Kesediaan untuk belajar dan berkembang dalam berbagai peran akan membantu mereka membangun karier yang lebih kokoh di masa depan.

Dalam konteks dunia kerja, Prof. Kasali juga menyoroti pentingnya integritas dan nilai-nilai perusahaan dalam menghadapi krisis. Organisasi yang memiliki transparansi dan akuntabilitas tidak hanya bertahan dalam situasi sulit, tetapi juga dapat membangun kembali kepercayaan dari masyarakat dan karyawan mereka.

Peran orang tua menjadi krusial dalam membentuk generasi yang tangguh. Anak-anak perlu dibekali dengan rasa ingin tahu, keterampilan praktis, serta keseimbangan antara kebebasan dan bimbingan. Dengan demikian, mereka akan lebih siap menghadapi masa depan yang penuh dengan tantangan dan peluang.

Pesan penutup dalam diskusi ini menekankan bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari kekayaan, tetapi juga dari kualitas kerja dan kontribusi seseorang terhadap masyarakat. Oleh karena itu, generasi muda diajak untuk melakukan yang terbaik dalam setiap kesempatan dan menemukan kebahagiaan dalam proses tersebut.

Dengan pemahaman dan sikap yang tepat, generasi muda Indonesia dapat lebih siap menghadapi ketidakpastian dan meraih kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. Saatnya bangkit, beradaptasi, dan terus berkembang!

Tonton video: https://www.youtube.com/watch?v=wdCZ3g6a_jY

spacer

Strategi Pencadangan Data 3-2-1: Melindungi Bisnis dari Kehilangan Data



Era digital saat ini, data merupakan aset berharga bagi bisnis. Namun, berbagai ancaman seperti serangan siber, kesalahan manusia, dan bencana alam dapat menyebabkan kehilangan data yang berdampak besar pada operasional bisnis. Oleh karena itu, strategi pencadangan dan pemulihan data menjadi langkah krusial untuk menjaga keamanan informasi perusahaan.

Pencadangan data adalah proses menyimpan salinan data di lokasi yang berbeda untuk menghindari kehilangan informasi akibat kejadian tak terduga. Dengan menerapkan strategi pencadangan yang tepat, bisnis dapat memastikan kontinuitas operasional dan melindungi reputasi mereka dari risiko kehilangan data.

Salah satu strategi pencadangan yang paling efektif adalah aturan 3-2-1, yang mencakup:

  • 3 salinan data: Satu data utama dan dua cadangan.

  • 2 jenis media penyimpanan yang berbeda: Misalnya, hard drive eksternal dan penyimpanan cloud.

  • 1 salinan di luar lokasi: Untuk melindungi dari bencana yang mempengaruhi lokasi utama.

Dengan strategi ini, bisnis dapat memastikan data tetap aman dan tersedia bahkan jika terjadi insiden yang tidak terduga.

Selain aturan 3-2-1, ada beberapa teknologi yang dapat meningkatkan keamanan pencadangan data:

  • Repositori yang tidak dapat diubah: Mencegah perubahan atau penghapusan data yang tidak sah.

  • Pencadangan berbasis cloud: Menyediakan fleksibilitas dan keamanan lebih baik dengan penyimpanan di luar lokasi.

  • Fungsionalitas pemulihan aman: Memindai data dengan antivirus sebelum dipulihkan untuk mencegah penyebaran malware.

Implementasi solusi pencadangan dapat dilakukan dalam waktu 5-10 hari kerja. Setelah pencadangan berjalan, bisnis perlu melakukan pemeriksaan dan pemantauan rutin untuk memastikan data tetap aman dan proses pemulihan berjalan lancar jika diperlukan.

Pencadangan data bukan hanya tentang menyimpan salinan informasi, tetapi juga tentang menjaga keberlangsungan bisnis dan melindungi reputasi perusahaan. Dengan menerapkan strategi pencadangan 3-2-1, memanfaatkan teknologi pencadangan yang aman, dan melakukan pemantauan berkala, bisnis dapat mengurangi risiko kehilangan data dan memastikan pemulihan yang cepat saat terjadi gangguan.

Video: 3-2-1 Backup Strategy - Make Your Data Untouchable

spacer

Kajian Samudra RDK UGM: Mengapa Filantropi Islam di Bulan Ramadan Begitu Penting?

Akhmad Akbar Susamto, S.E., M.Phil., Ph.D. | 

Kajian Samudra (Safari Ilmu di Bulan Ramadan) seri ke-5 dengan judul “Sebuah Kajian tentang Filantropi Islam di Bulan Ramadan” diselenggarakan oleh RDK UGM bekerja sama dengan Takmir Masjid Kampus UGM. Kajian ini menghadirkan narasumber ahli, Akhmad Akbar Susamto, S.E., M.Phil., Ph.D., seorang pakar filantropi Islam sekaligus dosen di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. Kajian ini mengupas makna mendalam filantropi Islam, khususnya dalam konteks bulan suci Ramadan, serta menyoroti konsep-konsep utamanya seperti zakat (kewajiban membayar amal), infaq (pengeluaran untuk kepentingan agama), dan sedekah (amal sukarela).

Narasumber menjelaskan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi Muslim yang mampu secara finansial, sementara infaq dapat bersifat wajib atau sunnah, dan sedekah mencakup segala bentuk kontribusi sukarela. Diskusi semakin kaya dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran yang memperkuat dimensi spiritual dari topik ini.

Kajian ini juga mengulas dimensi vertikal filantropi Islam, yang membedakannya dari filantropi umum karena tujuannya sebagai bentuk ibadah dan ketaatan kepada ajaran agama. Narasumber menegaskan bahwa tujuan utama filantropi Islam adalah mencari ridha Allah dan meraih keberkahan di akhirat. Selain itu, kajian ini menyoroti pentingnya pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf dalam sejarah Islam, serta potensinya untuk mengurangi kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di negara-negara mayoritas Muslim seperti Indonesia.

Namun, kajian ini juga mengungkap berbagai tantangan dalam filantropi Islam, di antaranya rendahnya kesadaran masyarakat, praktik pengelolaan yang masih tradisional dan kurang inovatif, serta fragmentasi antarlembaga filantropi. Meski demikian, terdapat optimisme untuk membangun sektor filantropi Islam yang lebih efektif dan inovatif guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Zakat dan bentuk amal lainnya memiliki potensi transformatif dalam mengatasi ketimpangan sosial dan meningkatkan kesejahteraan umat. Untuk mewujudkan potensi maksimal filantropi Islam, diperlukan pengelolaan yang lebih profesional, inovatif, serta keterlibatan aktif dari komunitas. Dengan semakin berkembangnya inisiatif filantropi Islam dan integrasi kebijakan yang lebih baik, kegiatan amal dapat menjadi pendorong utama bagi kesejahteraan sosial dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.

Simak video kajian selengkapnya di sini: Safari Ilmu di Bulan Ramadan (SAMUDRA) 1446 H #5

spacer