Showing posts with label Experience. Show all posts
Showing posts with label Experience. Show all posts

Memberanikan Diri Mengambil 24 SKS demi Lulus S1 Sebelum Usia 30 Tahun

Bagi sebagian orang, mungkin menyelesaikan pendidikan S1 terasa mudah. Tapi tidak untukku. Perjalananku cukup berliku, apalagi karena aku memilih jalan yang berbeda: dari D3 Teknik Mesin, lalu memutuskan untuk mengulang dari awal dengan mengambil S1 Manajemen.

Tantangannya tidak berhenti di situ. Aku juga harus membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan nine-to-five, ditambah lagi kesibukanku sebagai konten kreator di beberapa platform digital. Jujur saja, gaji dari kerja kantoran tidak selalu cukup untuk menopang kebutuhan sehari-hari dan biaya kuliah. Karena itu, aku terus berusaha mencari peluang penghasilan dari dunia digital.

Sempat cuti satu semester, aku kembali dengan tekad penuh untuk segera menyelesaikan kekurangan SKS. Meskipun nilai-nilaiku di semester sebelumnya belum sepenuhnya memuaskan, kali ini aku nekat mengambil 24 SKS sekaligus. Bukan karena sok hebat, tapi karena aku tahu ritme belajar di UT itu fleksibel. Selama hadir di tutorial online, mengerjakan semua tugas, dan belajar sebisaku untuk UAS, hasilnya tetap bisa memuaskan.

Daripada terlalu ambisius di awal lalu hanya fokus ke beberapa mata kuliah, aku memilih untuk membagi fokus secara merata. Tidak perlu perfeksionis, yang penting konsisten.

Agustus ini targetku adalah menyelesaikan semua bahan bacaan dan buku materi kuliah. Setelah itu, selama dua bulan ke depan aku akan fokus mengikuti tutorial online dan menyelesaikan tugas-tugas yang biasanya dikumpulkan tiap 3 sesi. Desember nanti waktunya fokus penuh untuk UAS, dengan mengulang catatan dan belajar secara maksimal.

Apakah ini menantang? Tentu. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Tidak ada yang mustahil kalau dilakukan dengan niat dan usaha.

Sebagai mahasiswa non-SIPAS, mengambil 24 SKS setiap semester adalah keharusan jika ingin lulus tepat waktu. Kalau ingin lulus lebih santai dengan biaya lebih ringan, sebaiknya memang ambil jalur SIPAS. Tapi aku memilih jalan ini, dan aku tahu konsekuensinya.

24 SKS dikali 6 semester atau 3 tahun itu target realistisku. Di usia yang sekarang menginjak 26 menuju 27 tahun, aku ingin bisa lulus sebelum menyentuh usia 30. Semoga jalanku dimudahkan. Doakan ya, semangat!

spacer

Tes MBTI: Membuka Wawasan dan Harapan Baru Menuju Indonesia Maju! Cielah 😄

Pertengahan bulan Agustus lalu, aku iseng mencoba salah satu tes kepribadian yang cukup populer: MBTI. Awalnya sih cuma teringat kalau dulu pernah diminta mengikuti tes ini sebagai syarat daftar pekerjaan atau beasiswa lupa juga tepatnya yang mana. Tapi kali ini aku punya tujuan berbeda: aku ingin memetakan potensi dan preferensiku untuk bekal mencari pekerjaan, setelah dua tahun terakhir fokus bantu lembaga zakat kampus secara full-time.

Lucunya, aku bahkan lupa apa hasil tesku dulu. Tapi saat aku mengisi ulang tes ini baru-baru ini, hasilnya ternyata ENTJ alias Commander. Wow. Kaget? Lumayan.

Aku baca sekilas penjelasannya, dan ternyata cukup banyak yang sesuai dengan pola pikir dan kebiasaanku selama ini. Meski, tentu saja, ada juga bagian yang bikin garuk-garuk kepala. Misalnya, aku dikategorikan sebagai ekstrovert. Aku sempat mikir, “Serius nih?” Soalnya, selama dua tahun kerja ini aku jarang ngobrol dan nggak terlalu banyak ketemu orang. Maklum, kerjaan back office memang nggak seinteraktif front office yang sering jumpa banyak orang.

Tapi mungkin ada benarnya juga. Hasilnya menunjukkan aku ekstrovert 51% dan introvert 49% nyaris imbang. Jadi masuk akal kalau kadang aku merasa butuh waktu sendiri, tapi di sisi lain tetap bisa nyaman dalam interaksi sosial, tergantung situasi.

Dari situ aku sadar, sepertinya penting untuk belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kondisi sekitar. Semakin banyak pengalaman dan jam terbang, semakin bisa peka juga dalam menempatkan diri di antara sesama manusia. Yah, makhluk Tuhan juga butuh ruang untuk berkembang, kan?

spacer

Hidup Semudah Memilih Kuliah Setelah Turun dari Kereta

Unplash.com | 

Saya terheran-heran ketika bertemu dengan seorang teman baru. Sesimpel inikah memilih jurusan dan kampus untuk kuliah? Ah, besok akan saya bongkar kisahnya. Rabu, 29 Juli 2020 adalah pertama kalinya aku bertemu dengan mas Irfan, beliau adalah salah seorang pengurus di Pondok Pesantren. Beliau kuliah jurusan rekam medis di salah satu politeknik kesehatan di Yogyakarta. Pertemuan tak sengaja ketika saya akan mencicil barang-barang kos untuk dipindah ke Pondok. Yaaa.. Alhamdulillah saya diterima menjadi salah seorang santri disana. Sejak dari kos, melewati Sagan, dan teknik uny rasanya berdebar karena saya memang agak canggung ketika berhadapan dengan lingkungan baru. Ketika sampai di Pondok, suasana sepi seperti hari sebelumnya, dimana saya tak jadi mencicil pakaian untuk diletakkan di sana.

Semua rasa canggung hilang ketika bertemu mas Irfan, banyak cerita, ngobrol tentang Pondok dan bangku perkuliahan. Hal yang unik ketika beliau bercerita tentang awal mula kuliah. Dulu, beliau berkata sempat kerja menjadi admin pendaftaran di sekolah, hingga berjualan sari roti. Hmm.. Inspiratif. Mengingatkan saya pada masa lalu saya yang hampir mirip dengan beliau. Lalu beliau juga bercerita bahwa bangku kuliah yang diambil sekarang adalah hasil dari kenekatanya 3 tahun yang lalu. Ceritanya setelah 6 bulan bekerja selepas SMA, beliau memaksa kedua orang tuanya bahwa beliau ingin kuliah. Orang tuanya menyetujui namun menyarankan untuk kuliah di kota Bandung, namun beliau enggan. Alasannya simpel, banyak temannya disana dan kurang bisa mendapat teman-teman baru dan suasana baru katanya.

Beliau merasa, Jogja adalah tempat yang tepat untuknya menimba ilmu. Selain banyak bertemu orang baru, juga suasana yang cukup berbeda. Akhirnya tahun berikutnya beliau memutuskan untuk pergi ke Jogja dengan uang saku dari hasil kerjanya yang beliau rasa telah cukup. Beliau menuju ke Jogja dengan menaiki Kereta Api. Katanya "Pokoknya ke Jogja dulu". Setelah turun di Stasiun Lempuyangan, beliau kemudian baru memilih tempatnya menimba ilmu berikut dengan jurusannya. Beliau pilih jurusan rekam medis di salah satu politeknik di Jogja.

Saya berfikir, sesimpel itu ya? Dan sekarang beliau sudah sidang, tinggal menunggu wisuda. Masyaallah, memang luar biasa hal ini bisa saya ketahui.
spacer